Wednesday, July 20, 2011

Riedl Harus Dihormati Secara Layak

Jakarta - Penyerang Arema Malang TA Mushafry mengatakan bahwa pelatih tim nasional Alfred Riedl sebaiknya dihormati secara layak karena dia telah berhasil membawa perubahan dan kemajuan prestasi sejak menangani tim Indonesia.
"Dia sepantasnya dihormati karena dia sudah berhasil membawa perubahan dan kemajuan bagi timnas (tim nasional)Indonesia. Banyak hal yang telah dilakukan Riedl bagi timnas," ujar Mushafry ketika dimintai komentarnya, Sabtu (16/7).
PSSI, pada pertengahan pekan lalu, telah memberhentikan Riedl selaku pelatih kepala timnas Indonesia. Namun pemberhentian itu mengundang reaksi dari berbagai kalangan, termasuk Riedl sendiri yang merasa keberatan karena pemutusan kontrak tanpa alasan yang pasti.
PSSI sendiri kini telah menunjuk pelatih baru, yakni Wilhelmus Wim Rijsbergen asal Belanda, meski sejauh ini belum menandatangani kontraknya dengan PSSI.
Namun demikian Mushafry tak ingin mengomentari masalah pemberhentian Riedl dan menurutnya hal itu memang merupakan kewenangan pengurus PSSI yang baru.
Menurut Mushafry, meskipun tak merasakan pengalaman bagaimana dilatih oleh Riedl, namun dirinya sangat terkesan dengan kinerja dan hasil pencapaian yang diperlihatkan pelatih asal Austria itu yang telah bekerja keras sejak awal hingga mengantarkan tim Merah Putih hingga ke final Piala AFF 2010. "Dia seorang pelatih yang mampu memadukan perbedaan kualitas pemain, bahkan memadukan pemain senior dan junior ke dalam suatu permainan tim. Ini sangat mengesankan bagi saya," ujarnya.
Kepada pelatih baru pun, Mushafry berharap ada suasana kondusif yang bisa tercipta sehingga Timnas bisa kembali berprestasi bahkan melebihi apa yang telah dicapai oleh Riedl. "Tapi kalau bicara soal Pra Piala Dunia, saya kira sulit karena waktu persiapannya sudah sangat mepet. Mungkin yang akan menjadi perhatian adalah ketika timnas bertanding di SEA Games nanti," ujarnya.
Sumber  : GATRA.COM

Pedrosa Menangi GP Jerman

Berlin - Pembalap Honda asal Spanyol Dani Pedrosa memenangi Grand Prix Jerman, Minggu (17/7), sepulihnya dari cedera, sedangkan rekan senegaranya yang juga juara dunia MotoGP Jorge Lorenzo berada di tempat kedua dengan Yamaha.
Sementara, pembalap Australia Casey Stoner yang memulai start dari posisi pole, berada di tempat ketiga, sehingga posisi pimpinan klasemen kejuaraan keseluruhan, Stoner terpangkas 15 poin dengan sisa sembilan balapan lagi.
Kemenangan Pedrosa itu merupakan finish podium pertamanya sejak menang di Portugal pada Mei 2011, sebelum mengalami patah tulang saat bertabrakan dengan pembalap Italia Marco Simoncelli di Grand Prix Prancis pada bulan yang sama.
Pedrosa terpaksa tidak bisa tampil dalam tiga balapan karena harus menjalani operasi dan hanya sekali kembali berlaga pada bulan ini di putaran Italia. "Ini balapan yang tak bisa dipercaya karena saya sudah lama tidak berlomba," kata Pedrosa.
Pembalap Spanyol itu memimpin sejak start dan saling kejar-kejaran dalam tiga putaran dengan Stoner dan Lorenzo, namun akhirnya dia mampu kembali memimpin selama sembilan lap terakhir. "Akhirnya saya meraih hasil sempurna, saya tidak perkirakan itu semua," katanya sambil mengatakan bahwa ini berkat dukungan penonton, keluarga, dan dokternya.
"Mereka tahu bagaimana beratnya ini bagi saya saat ini, bisa kembali dan memenangi balapan suatu yang tidak bisa dipercaya," tambahnya
Sumber : ANTARA

Tuesday, July 19, 2011

Kasus Surat Palsu, MK Endus Motif Ekonomi

"Tidak disampaikan ke Panja, tapi polisi sudah tahu semua," ujar ketua MK, Mahfud MD.

Tim investigasi Mahkamah Konstitusi menemukan ada motif ekonomi pada kasus pemalsuan surat MK. Namun, untuk membuktikannya masih memerlukan pengakuan.

"Kami menduga ada motif ekonomi, tapi nggak mungkin ngaku ke kami. Kami hanya menggali pengakuannya, biar polisi yang menggali apakah ada motif ekonomi dalam kasus itu karena ada pemberian uang ke panitera MK tapi itu sudah dikembalikan," ungkap Ketua MK, Mahfud di Jakarta, Senin, 18 Juli 2011.

Menurut Mahfud, pembuktian motif ekonomi dalam kasus pemalsuan surat tersebut masih perlu dibuktikan lebih jauh. MK saat ini masih menunggu hasil kerja kepolisian untuk mengungkap kasus yang menyeret nama mantan hakim Arsyad Sanusi ini secara transparan.

"Administrasi hukumnya ditemukan dan ada tindak pidana dalam kasus ini, motif ekonominya biar menjadi tugas polisi. Nggak disampaikan ke Panja karena nggak mau telanjangi orang, tapi polisi sudah tahu semua," ujar Mahfud.

Penyelidikan dugaan surat palsu tersebut terkait keputusan penetapan kursi calon anggota DPR RI dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan I.
Polisi telah menetapkan satu tersangka dugaan pemalsuan dokumen negara itu, yakni bekas juru panggil MK, Mansyuri Hasan.

Selain itu, penyidik juga telah memeriksa Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Bambang Eka Cahya Widodo, mantan Hakim MK Arsyad Sanusi dan putrinya, Nesyawati, serta beberapa saksi lain dari KPU dan MK. 
Sumber  : VIVANEWS.COM

 

Asal Mula Rumah Siput

Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana… Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon .
Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim Hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh,.. siput menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,, tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur,
Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru….
Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku !!! siput bersorak senang, aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak aka nada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan….
Karena lelah dan kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang itu , merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di dalamnya.
Ketika pagi datang, Siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku, …. aku akan membawa rumah ini bersamaku ke manapun aku pergi.
dari berbagai sumber

Monday, July 18, 2011

Menggoyang Kekuasaan Cikeas

Citra Partai Demokrat yang mampu menjadi pemenang Pemilu 2004 dan 2009, kini mulai meredup. Persoalannya sederhana saja. Terjadi konflik internal dalam partai berlambang bintang mercy tersebut. Di samping itu, adanya isu korupsi yang dilakukan oleh sejumlah elite parpol tersebut menjadi blunder, semakin merontokkan kekokohan pengaruhnya hingga ke akar rumput.

Praktis daya tarik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pendiri ikut terpuruk. Tak ayal, berbagai survei menunjukkan secara kasat mata bahwa popularitas nama SBY, yang dulu bak magnet, sekarang mulai ramai dihujat dan dikritik oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk para aktivis mahasiswa tertentu.
Saat ini, merupakan masa krusial bagi petinggi PD untuk menenangkan berbagai konflik yang terjadi, khususnya yang menimpa para petinggi partai tersebut. Sejalan dengan itu, para politikus yang menjadi pengimbang pemerintahan yang berkuasa, seharusnya bisa memanfaatkan momentum ini untuk mendongkrak atau menaikkan popularitas diri maupun parpol mereka.
Dengan melakukan manuver politik, kita menilai para petinggi partai besar lain di luar PD seperti Partai Golkar, PDI Perjuangan, maupun PKS berpotensi mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat luas. Apalagi, Pemilu 2014 tinggal 3 tahun lagi. Yang artinya, berita negatif yang diembuskan oleh berbagai media massa cetak dan elektronik, yang menyoroti keganjilan dan konflik yang menimpa Partai Demokrat, menjadi kampanye gratis bagi pesaing (musuh politik) partai yang didirikan oleh Presiden SBY dan kawan-kawan tersebut.
Gejala-gejala terjadinya upaya untuk menggoyang hegemoni kekuasaan Cikeas, yang diwakili oleh keluarga SBY, dan kroni-kroninya, bisa dicium dari kian santernya wacana pedas yang dihembuskan oleh banyak kalangan, yang pada intinya menyerang kekuasaan Istana Negara. Dengan dukungan berbagai data dan fakta yang dikeluarkan oleh kalangan intelektual melalui beragam seminar, dialog publik dan acara semacamnya, seperti yang diusung oleh Rizal Ramli, yang belakangan ini getol mengkritik kepemimpinan SBY.
Dunia politik bangsa ini secara hukum alam memang selalu berputar ritmis, terkadang berjalan berulang dan kerap juga mengalami percepatan. Roda zaman juga terus berputar. Tak ada yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan demi perubahan. Apalagi, kekuasaan. Ia akan beralih dari satu penguasa ke penguasa lain.
Tergantung pada garis takdir dan segala upaya yang dilakukan oleh umat manusia sebuah bangsa. Rezim Orde Lama hanya berkuasa selama 21 tahun. Rezim Orde Baru sendiri memegang kursi pemerintahan selama lebih kurang 32 tahun. Sedangkan kita tidak tahu, Rezim Orde Reformasi yang mulai dipegang oleh Presiden BJ Habibie, dilanjutkan oleh Gus Dur dan Megawati serta sekarang dipegang oleh SBY; bakal berakhir kapan? Apakah dapat bertahan hingga melebihi masa Orde Baru, atau setangguh pemerintahan semasa Kerajaan Majapahit yang bisa bertahan selama ratusan tahun? Tak ada ilmu yang bisa menjawab pertanyaan di atas. Karena, bisa jadi, Orde Reformasi bisa jatuh di tengah jalan, sebagaimana nasib pemerintahan Orde Baru, yang berakhir dengan pahit. Entah apakah seandainya Orde Reformasi jatuh, akan terlahir periode baru atau Orde Pascareformasi? Semuanya masih abu-abu, belum jelas jluntrungan-nya.
Masa depan tidak bisa dipastikan bagaimana kesudahannya. Yang bisa dilakukan manusia pada zaman ini adalah menghasilkan karya cipta peradaban terbaik, yang mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan zaman. Karena, sangat logis, hukum atau keyakinan yang terbaik hari ini, bisa dianggap sudah kedaluwarsa pada peradaban zaman yang akan datang.
Dengan demikian, rezim yang berkuasa pada saat ini adalah produk terbaik yang dimiliki oleh sebuah bangsa. Kecenderungan yang terjadi, manusia yang hidup pada zaman ini, umumnya selalu menyalahkan peradaban pada zaman sebelumnya. Dan, manusia yang hidup pada peradaban zaman dahulu menyalahkan pendahulunya juga. Akhirnya menimbulkan siklus salah menyalahkan lintas peradaban (rezim) dari masa ke masa. Bukan sebaliknya, kita semakin dewasa dan mawas diri dengan berbagai pengalaman sejarah dan perjalanan peradaban zaman yang telah berlalu.


Maka dari itu, salah besar bagi bangsa ini, jika kita hanya berfokus untuk saling menjatuhkan kekuasaan. Bukannya membangun kekuasaan, sebagai satu kesatuan, tidak saling meniadakan. Mampukan para politikus yang kini menjadi pengkritik pemerintahan yang sedang berkuasa, melakukan tugasnya dengan baik. Yakni membangun kekuasaan baru, tanpa perlu menjatuhkan satu rezim, apalagi dengan dibarengi berbagai tindakan anarkis yang memakan banyak korban jiwa. Kita masih ingat betul berapa harga mahal sebuah demokrasi, ketika melengserkan Rezim Orde Baru.


Penulis adalah Ketua Umum PPWI DIY, alumnus UIN-UNY Yogyakarta.