Saturday, August 13, 2011

Algojo yang Meringkuk Dalam Pasungan 38 Tahun


TULUNGAGUNG - Pada era sejarah kelam G30 S PKI, Supardi alias Adi (66), seorang tokoh masyarakat yang disegani. Adi dikenal sebagai algojo penumpas yang tegas. Pasca sejarah, ia mengalami goncangan jiwa. Tabiatnya yang dianggap berbahaya yang membuatnya terpaksa meringkuk di dalam pasungan selama 38 tahun.

Kata Kusnoto (46), sahabatnya, Adi, tidak semata-mata mengidap penyakit Malaria. Bukan karena virus gigitan nyamuk anopheles yang membuatnya menjadi beringas. Kontaminasi virus yang dibawa darah untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh tentu tidak akan membuat warga Desa Podorejo, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, itu seperti kehilangan akal.

Adi mudah mengamuk. Sosok yang dulunya dikenal sebagai pemimpin sebuah organisasi masyarakat yang disegani itu seperti putus kendali. Tak jelas apa yang menjadi gerundelan hatinya, setiap meradang siapapun bisa menjadi tumpahan murkanya.

“Karena badannya yang tinggi besar dan dikhawatirkan membahayakan orang lain, kerabat dan teman memutuskan untuk dipasung,” tuturnya kepada wartawan.

Adi kini berada di sebuah gubuk kecil. “Rumah barunya” itu  tak jauh di belakang rumah yang ditempati keluarganya. Bangunan itu hanya berupa empat tiang kayu, dengan selembar terpal yang sudah menutupinya. Terpal yang berfungsi sebagai atap pelindung panas dan hujan itu terlihat begitu usang.

Beberapa bagian di antaranya bahkan sudah sobek, berkibar-kibar setiap kali angin berhembus. Pihak keluarga sengaja menempatkan Adi di sana. Sengaja disembunyikan agar orang lain yang bertandang tidak mudah mengetahuinya. “Tentunya penyakit seperti ini ini sama dengan aib, “terang Kusnoto.

Kondisi Adi lebih tepat disebut tragis daripada memprihatinkan. Tragis, karena sebagai salah satu tokoh yang pernah  memimpin penumpasan  pemberontakan G 30 S PKI 1965, Adi kini  tak ubahnya seorang pesakitan. Sebuah rantai besi membelenggu pergelangan sebelah kakinya kuat-kuat. Begitu eratnya ikatan sampai-sampai bentuk rantai membekas merah di permukaan kulit.

Sementara ujung rantai yang lain terikat tak kalah lekat pada pasak besi yang tertanam di lantai gubuk. Panjang rantai sebesar ibu jari itu sekitar 5 meter. Praktis gerak hidup Adi hanya sebatas panjang rantai tersebut. Meski dalam keadaan terbelenggu, dia masih bisa merebus air untuk membuat kopi bagi dirinya sendiri. “Sebelumnya ia sempat juga dipasung. Namun karena pasung itu membuatnya rebah tak berdaya maka  diganti dengan rantai besi, “terang Kusnoto yang juga tetangga Adi.

Perubahan pada jiwa Adi terjadi paska tragedi kemanusiaan Gestapu. Usai menjalankan tugas sebagai algojo pelenyap  kehidupan orang-orang yang dianggap sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), Adi merantau ke Palembang Sumatera Selatan. Bersama beberapa rekan yang juga berasal dari satu desa, ia membuka hutan.

Hampir seluruh pepohonan yang berada pada jarak pandangnya ia tebangi. Ia bersihkan semak, onak dan duri yang dianggap menghalangi. Adi tengah menyiapkan lahan yang luas untuk  perkebunan kopi. Rencananya ia akan menetap disana sebagai pengusaha kopi. “7 tahun kami hidup bersama di Palembang, “paparnya.

Gejala aneh mulai terlihat ketika Adi mengeluh jika dirinya selalu diikuti bulan. Kemanapun dia pergi, satelit bumi itu selalu mengikuti langkahnya. “Itu yang membuatnya gelisah dan selalu mondar mandir setiap malam. Katanya dia tengah menghindari bulan yang terus mengikutinya, “terang Kusnoto.

Pada saat bersamaan malaria tropis menyerang. Selain Adi,  dua orang rekannya yang ikut membabat hutan juga menderita penyakit yang sama. Satu orang meninggal dunia, dan satu orang lainya tidak diketahui rimbanya. Namun sebelum hilang, warga Desa Podorejo ini juga dianggap tidak waras.

Menurut Mansyur, keponakan Adi, pamanya langsung dibawa pulang ke kampung halaman, begitu mendengar  mengalami sakit di tanah perantauan. “Dibawa pulang sekitar tahun 1973. Pada saat pertama, emosinya tidak terkendali. Selain ngoceh sendiri, masih sering mengamuk, “ujarnya.

Hingga saat ini, praktis sudah 38 tahun Adi hidup dalam pasungan. Kondisi ekonomi yang terbatas yang membuat keluarga tidak mampu menempuh cara-cara medis. “Karenanya yang kita butuhkan hanya uluran tangan dari pemerintah, “pungkasnya.

Informasi yang dihimpun, di wilayah Kabupaten Tulungagung sendiri sedikitnya ada enam kasus pemasungan karena alasan sakit jiwa. Di antaranya seorang warga Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat. Kemudian dua orang warga Desa Panggungkalak, Kecamatan Pucanglaban, dan  dua kakak beradik warga Desa Bendilwungu, Kecamatan Sumbergempol.

Kepala Seksi Sosial, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tulungagung, Amir Bhakti mengatakan, dari sebagian besar kasus yang ada rata-rata ditemukan dalam keadaan yang sudah  sangat parah.

“Keluarga sudah berusaha melakukan upaya pengobatan, namun karena tidak membawa hasil, pilihanya dipasung dengan tujuan tidak membahayakan keluarga dan lingkungan,” ujarnya.

Dalam hal ini menurut Amir, pihaknya tidak bisa berbuat banyak, mengingat secara medis mereka sulit untuk disembuhkan. “Artinya kami pun juga tidak bisa membantu memberikan penanganan secara maksimal,” pungkasnya.
(Solichan Arif/Koran SI/ful)
Sumber :news.okezone.com

Ingin Umur Panjang? Ayo, Berpuasa

 Aktivitas berpuasa ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena selain membuat tubuh menjadi sehat dan bugar, puasa juga akan memperbaiki metabolisme serta sistem pencernaan.
Berdasarkan hasil penelitian Department of Biochemistry, Khyber Medical College, Peshawar di Pakistan, berpuasa mampu mengurangi kadar kolesterol dan juga gula darah secara signifikan. Hal tersebut juga telah dipercaya oleh para ahli pengobatan Yunani.
Jadwal makan yang lebih terbatas saat berpuasa semestinya tidak dijadikan alasan untuk mengurangi rutinitas harian yang padat. Kita bisa terus beraktivitas seperti biasa, asalkan paham cara menyiasati pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi.
Kuncinya adalah, maksimalkan asupan nutrisi dan penuhi kebutuhan cairan agar sistem metabolisme tubuh tetap normal. Selain itu, puasa untuk menjaga pikiran senantiasa tajam dan badan tetap bugar. Minimal kita tidak lemas sehingga tidak menghambat aktivitas bekerja.
Selain dikenal sebagai rutinitas ibadah tahunan umat Muslim, puasa juga diyakini sebagai salah satu metode penyembuhan. Para ahli pengobatan dari Yunani meyakini, puasa dapat memperpanjang usia seseorang. Manfaat ini turut didukung oleh penelitian modern yang dilakukan sekelompok ahli dari Department of Biochemistry, Khyber Medical College, Peshawar di Pakistan.
Mereka pernah mengamati 24 Muslim yang berpuasa selama bulan Ramadhan. Hasilnya, kadar kolesterol dan gula darah mereka turun secara signifikan. Namun, manfaat sehat dari berpuasa tak akan terasa jika menerapkan strategi yang salah dalam melakoni ibadah ini. Misalnya, kalap saat berbuka puasa atau melewatkan sahur karena malas bangun atau merasa perut masih kenyang.
Contoh lain, kita mengalami konstipasi yang disebabkan daerah usus tidak berkontraksi akibat berbagai organ dalam saluran pencernaan tidak bekerja selama kita puasa. Artinya, jangan sampai kesalahan saat menerapkan puasa ini malah menghentikan tujuan dan makna dari puasa yang begitu indah.

Bank Syariah Mandiri Protes tak Bisa Garap KTA


Hingga sekarang, pasar kredit tanpa agunan (KTA) belum bisa dimasuki oleh perbankan syariah.

Padahal potensi pasarnya berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) mencapai Rp250 triliun. Demikian disampaikan Direktur Bank Syariah Mandiri (BSM) Hanawijaya di Jakarta, Senin (8/8) malam. "Kue KTA itu totalnya catatan Bank Indonesia hampir Rp250 triliun. Masak bank syariah satu pun nggak ada yang bisa masuk situ. Nggak boleh dong. Pelakunya banyak orang muslim," tukasnya.

Menurutnya, sudah saatnya perbankan syariah memberikan produk KTA secara syariah. Namun, masalahnya masih terkendala dalam hal belum adanya fatwa yang sesuai dengan islam industry dalam produk KTA.

Hanawijawa menjelaskan, untuk tahap awal jika ada perbankan syariah masuk ke KTA maka dapat meraih 5%-20% dari total pangsa pasar sudah bagus buat perbankan syariah. "Untuk realisasi 5%-10%, itu kita sudah syukur alhamdulillah dan cukup kewalahan buat kita. Berapa besar dana yang harus disiapkan ya sekitar Rp25 triliun. itu bukan jumlah yang kecil," tandasnya.

Selain KTA, lanjutnya, segmen mikro juga belum digarap maksimal oleh perbankan syariah. Salah satu kendalanya adalah akad yang digunakan masih kurang efisien. "Begitu juga di dunia mikro. Di dunia mikro itu besar sekali, tapi bank syariah melakukan penetrasi di pasar kurang didukung simplifikasi dan cost yang efisien. Yang dimaksud cost efisien itu akadnya cuma satu saja, jangan sampai dua, tiga atau bahkan sampai enam," tuturnya.

"Kasihan pedagang kelontong yang minta pembiayaan. BSM itu rata-rata per account dari pengusaha mikro itu Rp28 juta. Coba bayangkan orang ngutang Rp28 juta harus bayar materainya Rp12.000-Rp18.000. Buat dia Rp18.000 itu sesuatu yang berarti. Tapi kalau dia cuma bayar sekali saja kan ini lebih mudah," bebernya.

Menurut Hanawijawa, kalau dalam ketentuan syariah tidak boleh taaluk. Artinya, tidak boleh dua transaksi dalam satu akad. "Itu tidak efisien. Paling tidak dari sisi materai saja saya sudah kalah dengan bank konvensional. Seorang pedagang mikro datang ke bank konvensional akadnya cuma pakai satu materai, tapi kalau ke bank syariah perlu dua materai karena perlu dua akad terpisah," tegasnya.

"Itulah yang ingin kami minta kepada Dewan Syariah Nasional khusus untuk perilaku pasar yang kecil-kecil diberikan kelonggaran. Akad itu sejatinya sesuai dengan nature bisnis yang terjadi ada di Indonesia," pungkasnya.

Sepanjang semester I-2011, premi yang dikumpulkan unit syariah PT AXA Mandiri Financial Service baru mencapai Rp196 miliar atau meningkat 37% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Demikian dikatakan Chief Financial Officer AXA Mandiri Iwan Pasila, kemarin. "Sampai dengan first half ini memang total premi dari syariah ini Rp196 miliar. Ini meningkat 37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ujarnya.

Iwan menambahkan, total dana kelolaan syariah mencapai Rp600 miliar. "Kita berharap untuk terus tumbuh sesuai dengan pertumbuhan portofolio dari syariah," tukasnya.

Terkait modal, Iwan menegaskan AXA Mandiri tidak memerlukan tambahan lagi dalam waktu dekat. Alasannya, modal yang dimiliki saat ini sudah memenuhi ketetntan regulator soal minimum modal perusahaan asuransi syariah yang sebesar Rp25 miliar.

"Kita sudah memposisikan sudah comply dengan modal minimum yang dipersyaratkan. Pada waktu itu Rp25 miliar untuk asuransi syariah. Memang kita melihat ke depan seharusnya modal ini yang diperkuat lebih prioritas daripada kita membuat unit sendiri," bebernya.

Adapun komposisi investasi syariah, lanjutnya, sebanyak 45% di timedeposit syariah dan sisanya 55% di obligasi sukuk syariah. "Untuk under asset management unitlink memang sebagian sekitar 85% itu masih di fund yang berbasis saham. Ini menunjukkan kecenderungan nasabah-nasabah syariah yang tetap ingin menikmari kinerja dari fundyang berbasis saham," imbuhnya.



Di tempat yang sama Presiden Direktur AXA Mandiri Albertus Wiroyo mengatakan, produk unit syariah AXA Mandiri masih unitlink. "Kita belum ada yang (produk) tradisional. Tapi tahun ini akan kita launch juga untuk yang tradisional. Nanti kita pasarkan juga untuk nasabah-nasabah partner bisnis kita dari Bank Syariah Mandiri," tukasnya.

Psst, Puasa Ternyata 'Jitu' Redam Stres


Beberapa studi baru menyebutkan bahwa puasa selain bisa memperpanjang usia, meningkatkan sensitivitas insulin, ternyata juga resistensi terhadap stres. Benarkah ?

Salah satu peneliti, Mattson Mark P Mattson dari National Institute on Aging, mengatakan pihaknya akan melakukan sebuah studi baru yang akan membandingkan kesehatan sekelompok orang yang makan tiga kali sehari dan mereka yang berpuasa, tapi dengan menu yang serupa.

"Makan berlebihan kini tengah menjadi masalah besar di berbagai negara adidaya. Yang memprihatinkan, kondisi itu kini meningkat di kalangan anak-anak sehingga tak sedikit dari mereka yang akhirnya mengalami kelebihan berat badan.

Memang kini belum ditemukan cara efektif untuk membuat orang makan lebih sedikit, puasa bisa dijadikan solusi," kata Mattson, seperti dikutip dari Associated Press. "Dari hasil studi pun terbukti bahwa melewatkan waktu makan tidak akan berakibat buruk untuk Anda."

Sementara itu, Dr Carol A Braunschweig dari University of Illinois di Chicago, yang bukan bagian dari tim studi, mengatakan ia tertarik dengan ide bahwa perubahan drastis dalam pola makan mungkin memiliki manfaat.

"Dengan epidemi obesitas dan aktivitas fisik yang dihadapi AS, identifikasi pola makan bisa menangani beberapa efek tak diinginkan dari kelebihan berat badan. Ini akan menjadi penemuan yang sangat signifikan," katanya.

"Kami berpikir, absennya makanan akan membebankan stres pada sel dan sel meresponsnya dengan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi stres yang lebih parah," kata Mattson.

Dia mengatakan para peneliti berpikir kondisi ini terjadi di seluruh bagian tubuh, tak mengherankan bila puasa memperpanjang usia manusia dan hewan serta menjadi lebih resisten terhadap penyakit penuaan. Lebih lanjut, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa ahli gizi telah merekomendasikan makan dalam jumlah kecil tapi lebih sering.