Sunday, July 17, 2011

Keraton dan Ikan di Atas Kain


Batik Cirebon naik daun beberapa tahun belakangan ini. Warna cerah dan motif-motif khas pesisir memikat para penggemar batik. Padahal batik asal Cirebon bukan barang baru. Sejarah batik khas Cirebon bisa ditelusuri hingga ke masa Sunan Gunung Jati.
Banyak turis yang datang untuk belajar. Nanti kita sediakan kain seukuran sapu tangan dan kita ajarkan motif dan cara membatik.

Mampirlah ke Desa Trusmi, Cirebon, Jawa Barat. Desa Trusmi terkenal sebagai desa batik. Desa ini disebut-sebut sebagat tempat wisata batik. Di sinilah sentra perajin batik khas Cirebon. Untuk menuju kawasan ini, cukup mengarahkan kendaraan ke Pasar Plered lalu carilah plang bertuliskan "Objek Wisata Belanja Batik Trusmi".

Tak heran, batik dari kawasan ini pun sering disebut sebagai batik Trusmi. Deretan galeri batik meramaikan sisi kanan dan kiri Desa Trusmi. Beberapa galeri juga merangkap pabrik atau workshop pembuatan batik. Salah satu perajin batik Trusmi yang terkenal adalah Katura. Usaha batik milik keluarganya itu telah melewati beberapa generasi.


Ia sendiri telah membatik mulai dari usia 11 tahun. Kini, ia sudah hampir menginjak usia 60 tahun. Katura sering disebut-sebut sebagai seniman batik Cirebon. Berbagai penghargaan telah ia terima. Salah satunya adalah penghargaan Upakarti di tahun 2009. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menerima Upakarti karena jasanya dalam pelestarian bidang usaha industri batik.

Salah satu cara pelestarian batik yang ia lakukan adalah dengan mendirikan sanggar batik. Setiap orang yang ingin belajar batik Trusmi dapat mampir dan berlatih di sanggar tersebut. Bahkan, sanggar itu pun terbuka untuk wisatawan.

"Banyak turis yang datang untuk belajar. Nanti kita sediakan kain seukuran sapu tangan dan kita ajarkan motif dan cara membatik. Walau cuma sebentar dan sekedar tahu, tapi ini juga usaha untuk melestarikan," ungkap Katura.

Pesanan yang datang pun tak hanya dari lokal melainkan juga mancanegara. Baru-baru ini, Katura menerima pesanan dari Jepang. Uniknya, semua batik produksi Katura merupakan batik tulis. Bayangkan waktu yang diperlukan untuk setiap lembar kain. Tentu saja, harganya pun lumayan mahal jika dibanding batik cap. Justru hal ini yang menjadi incaran para kolektor batik.

"Ciri khas kami adalah garis-garis tipis yang halus. Ini ciri khas batik Cirebon. Tapi sudah mulai jarang yang bisa membuat garis sehalus ini. Karena perlu kesabaran, keuletan, dan teliti. Sementara sekarang yang penting cepat jadi dan banyak," jelasnya sambil menunjuk garis halus di salah satu batik karyanya. Benar saja, garisnya sangat halus dan rapi.

Warna gading juga menjadi warna khas batik Cirebon. Katura menuturkan batik Cirebon biasa memakai warna cerah sebagai latar belakang kain seperti putih atau kekuningan. Sementara garis utama dan warna untuk setiap ornamen menggunakan warna yang lebih gelap. Ornamen-ornamen batik Cirebon biasanya menampilkan motif ikan untuk menunjukan batik khas daerah pesisir.

Sementara itu, beberapa motif lainnya menggunakan ornamen-ornamen keraton untuk menunjukkan dua keraton Cirebon yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Beberapa motif seperti Singa Barong dan motif Mega Mendung menunjukan batik keraton Cirebon. Selain itu, Katura menjelaskan dua ornamen khas Cirebon yaitu mega yang berbentuk seperti awan dan wadasan atau batu cadas.

"Kalau wadasan biasanya ada di bagian bawah kain. Mega ada di atas, bentuknya horisontal," ungkapnya.

Menurut Katura itulah ornamen klasik dari batik Cirebon. Namun, saat ini sudah banyak permintaan untuk ornamen yang dikreasikan. Misalnya mega yang dibuat dalam bentuk vertikal.


Apapun itu, kecantikan batik Trusmi berhasil menggoda para penggemar batik. Bahkan, di area depan saat memasuki kawasan Trusmi terdapat sebuat toko batik yang luas. Toko ini menampung berbagai busana dari batik Cirebon yang dihasilkan perajin batik Trusmi. Anda dapat mampir ke toko tersebut untuk membeli batik-batik Trusmi. Pilihan seru lainnya adalah menelusuri gang-gang di Desa Trusmi dan melihat sendiri proses pembuatan batik Trusmi.
Sumber : KOMPAS.COM

No comments:

Post a Comment