Socrates, Zico, Maradona, Baggio, Platini, dan Baresi juga pernah gagal mengeksekusi penalti. Firman Utina juga manusia.
Usai sudah pesta akbar sebak bola bagi bangsa-bangsa se Asia Tenggara digelar. Pada partai pamungkas di partai final leg kedua piala AFF 2010 yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Rabu, 29 Desember 2010, Indonesia memang menang 2-1 atas Malaysia. Namun, hasil itu tidak membawa Indonesia jadi Jawara di Asean. Karena, kemenangan 3-0 bagi Malaysia saat menjamu Indonesia di Stadion Bukit Jalil pada leg pertama pada Rabu (26/12/2010) itulah yang menakdirkan Malaysia menjadi kampium piala AFF 2010.
Pasca kekalahan 3-0 dari Malaysia di leg pertama, arsitek timnas Indonesia Alfred Riedl mengatakan: “Peluang kita hanya 10 persen untuk menjadi juara Piala AFF.” Sebuah semangat yang realistis dari seoarang pelatih. Sebab, Indonesia harus menang 4-0 jika ingin jadi jawara sepakbola se Asean.
Pukul 19.00 WIB, peluit babak pertama berbunyi. Yel yel Indonesia, Indonesia, Indonesia memekakkan telinga. Setelah itu, lagu Garuda di Dadaku bikinan grup Band Netral secara kompak dinyanyikan oleh sekitar 95.000 penonton yang memadati SUGBK. Setiap kali Indonesia melakukan serangan ke pertahanan Malaysia, skuad Merah Putih selalu mendapat aplaus dari ribuan penonton.
Saya dan mungkin hampir seluruh penonton yang ada di dalam stadion berharap Timnas Indonesia dapat mencuri gol di 15 menit babak pertama, dengan harapan dapat mengangkat mental timnas untuk membuat gol selanjutnya.
Lima belas menit babak pertama sudah berlalu, asa untuk menjadi jawara di Asean sedikit demi sedikit mulai berkurang, karena Indonesia belum juga berhasil membuat gol. Di menit ke 17, harapan itu kembali bangkit setelah wasit Peter Daniel Green asal Australia menunjuk titik putih di gawang Malaysia setelah Arif Suyono dijatuhkan oleh pemain belakang Malaysia di dalam kotak penalti.
Hampir semua penonton berdiri dan bertepuk tangan. Kembali yel yel Indonesia, Indonesia, Indonesia terdengar. Siapa yang akan jadi algojo? Semua penonton mungkin bertanya demikian. Semua berharap Bambang Pamungkas akan menjadi algojo, sayang Bepe masih duduk di bangku cadangan.
Coach Alfred Riedl mempercayai kapten timnas Indonesia Firman Utina untuk menjadi algojo penalti tersebut. Ketika Firman Utina mengambil ancang-ancang untuk menedang, ada penonton yang menutup matanya, membalikan tubuh ke belakang, serta ada yang berdoa.
Sepakan sang kapten timnas terlalu lemah ke arah kiri penjaga gawang Malaysia. Dengan mudah penjaga gawang Khairul Fahmi Bin Che Mat menangkap bola tersebut. Firman Utina gagal mengeksekusi penalti. Suasana menjadi hening sesaat. Setelah itu sumpah serapah yang di alamatkan ke Firman Utina terdengar. Kembali harapan untuk menjadi jawara sirna.
"Saya bertanggung jawab dan meminta maaf kepada suporter Indonesia karena gagal menendang penalti," kata Firman usai pertandingan.
Ya, Indonesia gagal jadi juara Asean oleh tendangan penalti yang tidak sempurna. Jika saja penalti itu berbuah gol, tidak tertutup kemungkinan Indonesia akan membantai Malaysia lebih dari tiga gol, karena secara mental, Indonesia akan lebih unggul. Tapi, sudahlah semua sudah terjadi. Suporter Indonesia sudah memaafkan Firman Utina. Suporter Indonesia tidak anarkis. Suporter Indonesia sudah mulai belajar bersikap sportif.
Di dunia sepak bola, kegagalan mengeksekusi penalti tidak hanya menimpah Firman Utina saja. Pemain besar pun pernah juga gagal ketika jadi algojo penalti. Diego Maradona, Michael Platini, Socrates, Zico, Roberto Bagio, dan Franco Baresi juga pernah jadi pecundang ketika mengeksekusi penalti.
Di tahun 1986, di ferempat final Piala Dunia 1986, saat Brazil melawan Perancis, Michael Platini sempat membuat pendukung Perancis terdiam, karena Michael Platini gagal mengeksekusi penalti. Beruntung, kegagalan Platini tidak menular ke pemain Perancis lainnya. Dan Perancis tetap menang dari Brasil dengan skor 4-3.
Di event yang sama. Socrates pemain Brasil juga gagal mengeksekusi tendangan penalti ke gawang Perancis yang dijaga oleh kiper Joel Bats. Itu terjadi di partai perempat final Piala Dunia 1986. Dan Brasil gagal melangkah ke semi final, karena kalah dari Perancis dengan skor 4-3
Masih di Piala Dunia 1986. Zico, pemain Brasil gagal juga mengeksekusi penalti, tendangan Zico di mentahkan kiper Perancis, Joel Bats. Brasil kalah 4-3 dari Perancis.
Kemudian pada tahun 1990. Diego Maradona juga pernah jadi pecundang, gara-gara tendangan penaltinya di perempat final Piala Dunia 1990 yang terlalu lemah dapat ditangkap oleh kiper Yugoslavia, Tomislav Ivkovic.
Empat tahun kemudian, di Piala Dunia 1994. Brasil mangalahkan Italia di partai final dengan skor 3-2. Gara-garanya Roberto Bagio dan Franco Baresi gagal mengeksekusi penalti. Bola tendangan Bagio dan Baresi melambung jauh ke atas mistar penjaga gawang Brasil. Dan Brasil keluar sebagai Juara Piala Dunia 1994. Pemain bola juga manusia. (Mohamad Hidayat / Pemerhati Sepak Bola Nasional)
No comments:
Post a Comment