Tuesday, July 19, 2011

Kasus Surat Palsu, MK Endus Motif Ekonomi

"Tidak disampaikan ke Panja, tapi polisi sudah tahu semua," ujar ketua MK, Mahfud MD.

Tim investigasi Mahkamah Konstitusi menemukan ada motif ekonomi pada kasus pemalsuan surat MK. Namun, untuk membuktikannya masih memerlukan pengakuan.

"Kami menduga ada motif ekonomi, tapi nggak mungkin ngaku ke kami. Kami hanya menggali pengakuannya, biar polisi yang menggali apakah ada motif ekonomi dalam kasus itu karena ada pemberian uang ke panitera MK tapi itu sudah dikembalikan," ungkap Ketua MK, Mahfud di Jakarta, Senin, 18 Juli 2011.

Menurut Mahfud, pembuktian motif ekonomi dalam kasus pemalsuan surat tersebut masih perlu dibuktikan lebih jauh. MK saat ini masih menunggu hasil kerja kepolisian untuk mengungkap kasus yang menyeret nama mantan hakim Arsyad Sanusi ini secara transparan.

"Administrasi hukumnya ditemukan dan ada tindak pidana dalam kasus ini, motif ekonominya biar menjadi tugas polisi. Nggak disampaikan ke Panja karena nggak mau telanjangi orang, tapi polisi sudah tahu semua," ujar Mahfud.

Penyelidikan dugaan surat palsu tersebut terkait keputusan penetapan kursi calon anggota DPR RI dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan I.
Polisi telah menetapkan satu tersangka dugaan pemalsuan dokumen negara itu, yakni bekas juru panggil MK, Mansyuri Hasan.

Selain itu, penyidik juga telah memeriksa Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Bambang Eka Cahya Widodo, mantan Hakim MK Arsyad Sanusi dan putrinya, Nesyawati, serta beberapa saksi lain dari KPU dan MK. 
Sumber  : VIVANEWS.COM

 

Asal Mula Rumah Siput

Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana… Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon .
Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim Hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh,.. siput menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,, tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur,
Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru….
Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku !!! siput bersorak senang, aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak aka nada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan….
Karena lelah dan kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang itu , merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di dalamnya.
Ketika pagi datang, Siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku, …. aku akan membawa rumah ini bersamaku ke manapun aku pergi.
dari berbagai sumber

Monday, July 18, 2011

Menggoyang Kekuasaan Cikeas

Citra Partai Demokrat yang mampu menjadi pemenang Pemilu 2004 dan 2009, kini mulai meredup. Persoalannya sederhana saja. Terjadi konflik internal dalam partai berlambang bintang mercy tersebut. Di samping itu, adanya isu korupsi yang dilakukan oleh sejumlah elite parpol tersebut menjadi blunder, semakin merontokkan kekokohan pengaruhnya hingga ke akar rumput.

Praktis daya tarik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pendiri ikut terpuruk. Tak ayal, berbagai survei menunjukkan secara kasat mata bahwa popularitas nama SBY, yang dulu bak magnet, sekarang mulai ramai dihujat dan dikritik oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk para aktivis mahasiswa tertentu.
Saat ini, merupakan masa krusial bagi petinggi PD untuk menenangkan berbagai konflik yang terjadi, khususnya yang menimpa para petinggi partai tersebut. Sejalan dengan itu, para politikus yang menjadi pengimbang pemerintahan yang berkuasa, seharusnya bisa memanfaatkan momentum ini untuk mendongkrak atau menaikkan popularitas diri maupun parpol mereka.
Dengan melakukan manuver politik, kita menilai para petinggi partai besar lain di luar PD seperti Partai Golkar, PDI Perjuangan, maupun PKS berpotensi mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat luas. Apalagi, Pemilu 2014 tinggal 3 tahun lagi. Yang artinya, berita negatif yang diembuskan oleh berbagai media massa cetak dan elektronik, yang menyoroti keganjilan dan konflik yang menimpa Partai Demokrat, menjadi kampanye gratis bagi pesaing (musuh politik) partai yang didirikan oleh Presiden SBY dan kawan-kawan tersebut.
Gejala-gejala terjadinya upaya untuk menggoyang hegemoni kekuasaan Cikeas, yang diwakili oleh keluarga SBY, dan kroni-kroninya, bisa dicium dari kian santernya wacana pedas yang dihembuskan oleh banyak kalangan, yang pada intinya menyerang kekuasaan Istana Negara. Dengan dukungan berbagai data dan fakta yang dikeluarkan oleh kalangan intelektual melalui beragam seminar, dialog publik dan acara semacamnya, seperti yang diusung oleh Rizal Ramli, yang belakangan ini getol mengkritik kepemimpinan SBY.
Dunia politik bangsa ini secara hukum alam memang selalu berputar ritmis, terkadang berjalan berulang dan kerap juga mengalami percepatan. Roda zaman juga terus berputar. Tak ada yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan demi perubahan. Apalagi, kekuasaan. Ia akan beralih dari satu penguasa ke penguasa lain.
Tergantung pada garis takdir dan segala upaya yang dilakukan oleh umat manusia sebuah bangsa. Rezim Orde Lama hanya berkuasa selama 21 tahun. Rezim Orde Baru sendiri memegang kursi pemerintahan selama lebih kurang 32 tahun. Sedangkan kita tidak tahu, Rezim Orde Reformasi yang mulai dipegang oleh Presiden BJ Habibie, dilanjutkan oleh Gus Dur dan Megawati serta sekarang dipegang oleh SBY; bakal berakhir kapan? Apakah dapat bertahan hingga melebihi masa Orde Baru, atau setangguh pemerintahan semasa Kerajaan Majapahit yang bisa bertahan selama ratusan tahun? Tak ada ilmu yang bisa menjawab pertanyaan di atas. Karena, bisa jadi, Orde Reformasi bisa jatuh di tengah jalan, sebagaimana nasib pemerintahan Orde Baru, yang berakhir dengan pahit. Entah apakah seandainya Orde Reformasi jatuh, akan terlahir periode baru atau Orde Pascareformasi? Semuanya masih abu-abu, belum jelas jluntrungan-nya.
Masa depan tidak bisa dipastikan bagaimana kesudahannya. Yang bisa dilakukan manusia pada zaman ini adalah menghasilkan karya cipta peradaban terbaik, yang mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan zaman. Karena, sangat logis, hukum atau keyakinan yang terbaik hari ini, bisa dianggap sudah kedaluwarsa pada peradaban zaman yang akan datang.
Dengan demikian, rezim yang berkuasa pada saat ini adalah produk terbaik yang dimiliki oleh sebuah bangsa. Kecenderungan yang terjadi, manusia yang hidup pada zaman ini, umumnya selalu menyalahkan peradaban pada zaman sebelumnya. Dan, manusia yang hidup pada peradaban zaman dahulu menyalahkan pendahulunya juga. Akhirnya menimbulkan siklus salah menyalahkan lintas peradaban (rezim) dari masa ke masa. Bukan sebaliknya, kita semakin dewasa dan mawas diri dengan berbagai pengalaman sejarah dan perjalanan peradaban zaman yang telah berlalu.


Maka dari itu, salah besar bagi bangsa ini, jika kita hanya berfokus untuk saling menjatuhkan kekuasaan. Bukannya membangun kekuasaan, sebagai satu kesatuan, tidak saling meniadakan. Mampukan para politikus yang kini menjadi pengkritik pemerintahan yang sedang berkuasa, melakukan tugasnya dengan baik. Yakni membangun kekuasaan baru, tanpa perlu menjatuhkan satu rezim, apalagi dengan dibarengi berbagai tindakan anarkis yang memakan banyak korban jiwa. Kita masih ingat betul berapa harga mahal sebuah demokrasi, ketika melengserkan Rezim Orde Baru.


Penulis adalah Ketua Umum PPWI DIY, alumnus UIN-UNY Yogyakarta. 

Kasus Nazaruddin Terkait Pilpres 2014

Oleh : IBERAMSJAH
Dimensi konflik internal di Partai Demokrat memiliki perbedaan dibandingkan dengan konflik partai lainnya. Konflik di Demokrat tidak serta-merta muncul dari internal partai itu. Konflik itu justru terpicu dari terkuaknya kasus suap Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan dan percobaan suap yang dilakukan M Nazaruddin terhadap Sekjen Mahkamah Konstitusi (MK) Janedjri M Gaffar.
Dua kasus ini pun menjadi booming dan memicu kasus-kasus hukum lainnya yang diduga melibatkan petinggi Partai Demokrat. Faksi-faksi yang berkonflik di Demokrat sebelum kongres di Bandung, sekarang ini kembali bergejolak dan saling serang dengan memanfaatkan dua kasus itu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampaknya resah atas konflik di internal pertainya dan serta-merta menyerang media massa. Presiden SBY dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat menggelar konferensi pers untuk meluruskan pemberitaan di media massa soal kasus hukum dan keributan di Demokrat.
Namun, temu wartawan tersebut dinilai bukan satu solusi yang baik dan strategis. Mengapa demikian? Berikut petikan wawancara wartawan Harian Umum Suara Karya, Feber Sianturi dengan pakar politik dari Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah di Jakarta, baru-baru ini.
Apakah keributan di Partai Demokrat akibat kegagalan komunikasi dan menajemen pemerintah?
Konflik antarfaksi di internal Partai Demokrat belum selesai, meskipun diklaimisasi, bahwa semua faksi telah diakomodir sehingga tidak ada lagi perseteruan.
Contohnya?
Bukti konkrit adalah kasus mantan Bendahara Umum Nazaruddin yang diduga terlibat kasus suap pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang mencuat ke permukaan. Ini pula yang menjadi pemicu konflik di internal partai itu. Kasus hukum itu dijadikan senjata untuk menyerang kubu Anas (Ketua Umum Anas Urbaningrum). Bukan rahasia umum, bahwa Nazaruddin orangnya Anas. Karena itu, Anas menunjuk Nazaruddin sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat. Berdasarkan bukti semakin menunjukkan bahwa komunikasi dan menejemen internal Partai Demokrat masih kacau.
Bahkan klarifikasi yang dilakukan Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menengahi konflik Demokrat, justru memunculkan masalah baru. Banyak kalangan menilai dominasi SBY yang menomorduakan Ketua Umum Partai Demokrat justru membuat blunder. Sikap yang ditunjukkan SBY itu tidak akan memecahkan masalah karena tidak melegitimasi kepengurusan yang ada sekarang.
Konkritnya, SBY dinilai telah melakukan "kudeta" terhadap Anas Urbaningrum sebagai orang nomor satu di Partai Demokrat. Penampilan sosok SBY sebagai figur central pada penjelasan yang dilakukan di Cikeas, Bogor, baru-baru ini mengindikasikan bahwa SBY memiliki kekuasaan penuh dalam terhadap Demokrat. Sedangkan, Anas hanya dijadikan 'boneka' SBY.
Menurut Anda, apakah seorang Ketua Umum di Partai Demokrat bisa menjadi tokoh central?
Seharusnya Anas Urbaningrum dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, bisa. Buat apa jadi ketua umum kalau bukan dia yang beri klarifikasi. Seharusnya, tugas dan tanggung jawab Anas untuk menjawab pemberitaan media massa serta mengatasi kemelut di internal Demokrat. Sayangnya, Anas tak melakukan idealisme kepemimpinan sebagai orang nomor satu di Demokrat.
Jadi, SBY melakukan manuver politik?
Sekarang ini SBY menjadi orang terpanik di Indonesia dan telah menjadi seorang paranoid. SBY menyadari bahwa dirinya tidak lagi memiliki wibawa penuh di hadapan para kader dan pengurus Partai Demokrat. Karena itu, dia (SBY - Red) melakukan manuver politik untuk menunjukkan powernya di hadapan kader Partai Demokrat, termasuk masyarakat umum.
Maksudnya kehilangan popularitas dan wibawa!? Terpilihnya Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat melegitimasi kekalahan SBY. Bukankah SBY mengusung Andi Malarangeng? Dhus, kemenangan Anas membuktikan bahwa SBY kurang dihargai oleh DPD dan DPC Partai Demokrat.
Apakah bisa diduga, keributan Demokrat justru merupakan skenario SBY?
Patut diduga. Sebab, SBY sebagai Presiden memiliki akses untuk membongkar dokumen proyek-proyek pemerintah yang juga melibatkan kader Demokrat, khususnya dari kubu Anas. Dokumen dilempar ke publik melalui media massa. Selanjutnya, kasus hukum dan 'pertikaian' Demokrat menjadi konsumsi publik dan politik. Pada saat genting dan keributan semakin panjang, SBY tampil dengan sosok pemimpin yang berhasil menengahi dan membela Partai Demokrat. Sedangkan, Anas Urbaningrum akan dilegitimasi kader sebagai pemimpin yang tak tegas dan tak punya kemampuan karena tak berhasil menenangkan konflik antarkader. Karena itu, saya menyebut SBY melakukan 'kudeta' terhadap kepemimpinan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Soal instruksi SBY untuk mendukung Anas?
Strategi politik SBY. Analisis sederhananya, mengapa kemudian SBY menyerang media sebagai penyebab konflik tajam di internal Partai Demokrat? Mengapa SBY tak menyerang kader Partai Demokrat yang berantem dan tak cerdas? Itu artinya, SBY sedang mengonsolidasikan pamornya di hadapan para kader Partai Demokrat. SBY menyadari bahwa dirinya sangat butuh dukungan Anas. Namun, ia tak rela jika popularitas Anas melebihi dirinya.
Adakah kepentingan SBY pada 2014?
Siapa pun yang maju sebagai Presiden tak akan menjadi substansi kekhawatiran bagi SBY. Bagi SBY, menurut saya, bagaimana setelah Pilpres 2014, dirinya dan keluarganya tak diganggu oleh lawan politiknya. Kepentingan SBY pasca Pilpres 2014 sangat besar. Karena itu, SBY akan mencari figur capres yang akan melindunginya.
Apakah Anas bukan figur idaman SBY?
Anas bukan seperti Andi Malarangeng. Anas memiliki tipikal dan prinsip. Sedangkan Andi Malarangeng pragmatis. SBY khawatir jika tidak bisa mengendalikan Anas.
Menurut Anda, SBY tahu Anas akan maju pada Pilpres 2014?

Sebagai ketua umum, tentunya Anas punya peluang untuk mencalonkan diri sebagai capres. Apalagi jika Demokrat berhasil sebagai pemenang Pemilu 2014.

KKN Tematik Posdaya

Oleh : Haryono Suyono
Berbagai perguruan tinggi mitra Yayasan Damandiri, minggu ini secara serentak menggelar program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, yang anyata lain berada di wilayah Jember, Banyuwangi, Surabaya, Solo, Semarang, Purwokerto, Cirebon, Tasikmalaya, Bandung, Purwakarta, Bekasi, Bogor, dan Palembang itu menugaskan mahasiswa mereka terjun ke desa-desa untuk mendampingi dan mendorong rakyat serta para sesepuh dan pemimpin desa membangun dan mengisi posdaya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Kegiatan KKN mahasiswa itu kemudian dilaporkan kepada Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh, di Istana Negara, Jakarta. Mendiknas pun merasa bersyukur bahwa mahasiswa terpanggil untuk ikut menyelesaikan masalah bangsa, dengan membantu mengentaskan rakyat dari kemiskinan dan kebodohan.
Menteri menambahkan agar para mahasiswa KKN menyiapkan keluarga-keluarga di pedesaan dan perkampungan agar menerima rancangan gerakan pendidikan usia dini (PAUD) bagi anak-anak mereka. Karena, Kemendiknas sendiri akan mengadakan gerakan PAUD di seluruh Indonesia. Menteri pun telah me-wanti-wanti agar pengalaman para dosen pembimbing dan mahasiswa KKN tematik dicatat dengan baik, terutama tentang solusi untuk mngatasi masalah keluarga-keluarga di pedesaan. Ini sekaligus bisa dijadikan bahan perbandingan apabila pada saatnya nanti digelar pertemuan antar-para pelaksana KKN dari seluruh Indonesia.
KKN Tematik Posdaya disiapkan dengan cermat oleh setiap perguruan tinggi. Sementara Yayasan Damandiri membantu menyediakan tenaga dan fasilitas untuk persiapan pengembangan posdaya, serta memberikan pengertian dasar tentang indikator keberhasilan berbasis millenium development goals (MDGs). Sedangkan pembekalan untuk para dosen pembimbing dan mahasiswa juga telah dipersiapkan secara serius agar para mahasiswa yang bertugas melalui program KKN selama 6-8 minggu dapat bergaul dengan warga masyarakat dengan baik dan dinamis.
Para mahasiswa, didampingi dosen pembimbing ditugaskan agar membaur di tengah masyarakat untuk merangsang keluarga di desa-desa dan perkampungan-perkampungan, membentuk dan merencanakan program kegiatan gotong royong bersama masyarakat setempat. Persoalan keluarga di pedesaan didengarkan dengan baik tetapi usulan penyelesaiannya diarahkan pada upaya-upaya yang sekaligus dapat mengungkit makin dicapainya sasaran dan target-target MDGs.
Para mahasiswa menerjemahkan teori yang mereka terima selama masa kuliah ke dalam bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh keluarga-keluarga di pedesaan. Oleh karena itu, kalau ada kelompok KKN yang berhasil, maka kelompok mahasiswa tersebut dapat dipastikan dekat dan dicintai oleh rakyatnya. Tak heran, ketika mereka harus kembali ke kampus, biasanya masyarakat keberatan dan terpaksa melepaskannya dengan iringan doa dan isak tangis. Terang saja, karena mereka telah sukses menuntun masyarakat pedesaan untuk maju.
Di beberapa provinsi dan kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah dan daerah lainnya, para petugas lapangan dari dinas-dinas tertentu seperti petugas keluarga berencana (KB), penyuluh pertanian, petugas kehutanan dan koperasi memberikan bantuan dengan memperlakukan rakyat desa seakan seperti sahabat seperjuangan. Para petugas lapangan bekerja sama dengan para mahasiswa mengajak keluarga-keluarga muda ikut ber-KB, mengembangkan kebun bergizi atau tanaman pekarangan di halaman rumah masing-masing. Tanaman-tanaman produktif berupa tanaman buah-buahan dan tanaman tahunan itu diharapkan bisa menghasilkan uang tambahan untuk membantu biaya sekolah anak-anak.
Petugas koperasi mengajak keluarga yang tergabung dalam posdaya mengembangkan ekonomi bersama. Tidak jarang petugas dari Dinas Koperasi memfasilitasi usaha ekonomi itu menjadi koperasi berbadan hukum dengan menerapkan sistem tanggung renteng yang pelatihannya dilakukan oleh mahasiswa yang sedang KKN.
Jajaran Kementerian Pertanian, utamanya Balai Benih Pertanian yang ada di provinsi dan kabupaten/kota membantu memfasilitasi pelatihan pengembangan kebun bergizi dan menyediakan benih dan bibit sayuran. Di musim hujan, mereka menjanjikan penyediaan benih dan bibit yang lebih banyak. Balai Benih Pertanian juga akan memfasilitasi pengembangan ladang bibit di desa atau pedukuhan, agar keluarga di dukuh dan pedesaan bisa mengambil bibit atau benih dari ladang yang mereka kelola sendiri.
Dinas Kehutanan menyediakan bibit pohon dan buah-buahan yang diharapkan bisa ditanam pada saat musim hujan mendatang. Para mahasiswa disiapkan untuk program penghijauan, bukan saja hutan yang jauh dari perkampungan, tetapi diharapkan bisa menghutankan kampung dan pedesaan dengan tanaman tahunan dan buah-buahan. Hasilnya, bisa segera dimanfaatkan oleh keluarga-keluarga yang bersangkutan.
Oleh karena itu, para mahasiswa diharapkan memberikan perhatian kepada keluarga muda, keluarga yang memiliki anak balita, ibu hamil atau keluarga yang anggotanya penyandang disabilitas atau berstatus lanjut usia. Keluarga-keluarga tersebut dengan adanya kebun bergizi di rumah akan memperoleh manfaat ganda. Di satu sisi, hasil kebun bergizi bisa dikonsumsi sendiri sekaligus bisa untuk menambah gizi makanan keseharian mereka.


Lebih dari itu, melalui KKN mahasiswa, keluarga-keluarga miskin atau keluarga-keluarga lainnya akan bertambah kegiatan ekonominya hingga bertambah sejahtera dan secara mandiri mampu membebaskan anggota keluarganya dari lembah kemiskinan. Karena mahasiswa KKN selalu menganjurkan pengembangan PAUD, anak-anak balita segera dapat dimasukkan sekolah. Ini akan membebaskan orangtua mereka untuk bisa mengikuti kegiatan di kampung.

Penulis adalah Ketua Umum DNIKS.