Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo mengungkapkan krisis utang yang menimpa Amerika Serikat (AS) dan Eropa adalah akibat kurangnya perhitungan pemasukan dibandingkan pengeluaran. Karenanya, hal tersebut harus menjadi pelajaran bagi Indonesia.
"Kalau dari global kan salah satu pelajaran yang harus kita ambil. Kamu harus kelola utangmu, jadi ini juga pesan untuk kamu sebagai pribadi jangan lebih besar pasak daripada tiang, itu pesannya," jelas Menkeu kala ditemui di gedung Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Rabu (10/8/2011)
Menurutnya, saat ini negara yang mengalami krisis utang adalah negara-negara yang ratio debt to GDP dan ratio fiskal defisitnya tergolong besar. Adapun negara yang tidak stabil, sambung Menkeu, adalah negara yang mempunyai debt to GDP di atas 100 persen.
Lebih jauh, dia mengatakan, Indonesia dalam 10 tahun terkahir sudah cukup baik dan konsisten dalam menjaga kesehatan perekonomiannya. "Kamu ingat 10 tahun lalu debt to GDP ada kisaran 80 persen. Sekarang 26 persen, kan turun," jelasnya.
Karenanya, Agus yakin jika dibandingkan dengan negara lain yang mengalami kenaikan debt to GDP di atas 100 persen, seperti Jepang 200 persen atapun AS 100 persen GDP, Indonesia masih lebih baik. "Fiskal kita juga lihat walapun ada penyesuaian defisit dari 1,8 persen naik 2,1 persen, tetapi nanti 2012 kita upayakan fiskal defisit itu turun," tuturnya.
Selain itu, untuk menjaga agar utang Indonesia tidak menyebabkan debt to GDP terlalu tinggi atau fiskal defisit yang terlalu besar, maka peningkatakn penerimaan akan lebih di tekankan. "Dari penerimaan pajak dan PNBP serta Bea Cukai," tukas dia.
"Kalau dari global kan salah satu pelajaran yang harus kita ambil. Kamu harus kelola utangmu, jadi ini juga pesan untuk kamu sebagai pribadi jangan lebih besar pasak daripada tiang, itu pesannya," jelas Menkeu kala ditemui di gedung Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Rabu (10/8/2011)
Menurutnya, saat ini negara yang mengalami krisis utang adalah negara-negara yang ratio debt to GDP dan ratio fiskal defisitnya tergolong besar. Adapun negara yang tidak stabil, sambung Menkeu, adalah negara yang mempunyai debt to GDP di atas 100 persen.
Lebih jauh, dia mengatakan, Indonesia dalam 10 tahun terkahir sudah cukup baik dan konsisten dalam menjaga kesehatan perekonomiannya. "Kamu ingat 10 tahun lalu debt to GDP ada kisaran 80 persen. Sekarang 26 persen, kan turun," jelasnya.
Karenanya, Agus yakin jika dibandingkan dengan negara lain yang mengalami kenaikan debt to GDP di atas 100 persen, seperti Jepang 200 persen atapun AS 100 persen GDP, Indonesia masih lebih baik. "Fiskal kita juga lihat walapun ada penyesuaian defisit dari 1,8 persen naik 2,1 persen, tetapi nanti 2012 kita upayakan fiskal defisit itu turun," tuturnya.
Selain itu, untuk menjaga agar utang Indonesia tidak menyebabkan debt to GDP terlalu tinggi atau fiskal defisit yang terlalu besar, maka peningkatakn penerimaan akan lebih di tekankan. "Dari penerimaan pajak dan PNBP serta Bea Cukai," tukas dia.
No comments:
Post a Comment